Oleh : Inggar Saputra (Praktisi Pendidikan)
Dalam sejarah berbagai bangsa di dunia, membaca adalah aktivitas kehidupan yang tak pernah lekang dalam putaran zaman. Meski dunia berubah, zaman berganti, siklus kehidupan berputar, modernisasi dan globalisasi menciptakan era digital. Tetapi membaca selalu menarik banyak orang ”terjebak” dalam berbagai aktivitas rutin literasi. Mereka yang mau bangsanya maju akan rutin menyisihkan waktu membuka buku cetak dan elektronik. Minimal dalam sehari, selalu membiasakan diri ”mencium” harumnya buku dengan membacanya lembar demi lembar. Sebab bangsa Indonesia memang perlu diajarkan untuk menyiapkan diri ”melahap” informasi dari buku sebabaimana perkataan bijaksana, ”buku adalah jendela dunia” Seorang pendiri bangsa Indonesia, Muhammad Hatta tak ketinggalan mengatakan ”Aku rela dipenjara bersama buku. Sebab bersama buku, aku bebas”
Membaca buku semata pekerjaan fisik, sebab semakin kenyamanan membaca timbul akan merangsang sebuah perasaan kehilangan jika sehari tak membaca dan mengakses informasi. Penulis jenaka, Raditya Dika sukses meluapkan imajinasi kreatifnya dalam blog, yang kemudian beralih menjadi buku yang banyak mejeng di toko besar. Selain kesehatan batin, membaca juga mendorong terbukanya akses pengetahuan sehingga mendorong cipta karya, keinginan mencipta sesuatu baik berupa tulisan dan pesona kreatif lainnya. sebagai contoh Habibie, intelektual Indonesia yang dari akumulasi membacanya sukses memproduksi pesawat terbang yang melambungkan namanya di kalangan intelektual kedirgantaraan.
Jika ada yang mengatakan literasi bukan hanya membaca dan menulis, tentu itu perkataan yang tepat sekali. Tetapi penulis juga memiliki asumsi mendasar bahwa persoalannya jangan terlalu meluaskan pandangan mengenai literasi. Sebab bangsa Indonesia sekarang darurat sekali literasi dalam tahapan membaca dan menulis. Daya baca kita masih rendah akibat banyak faktor baik motivasi, minim akses bacaan dan lompatan budaya dari kebiasaan mengobrol kepada kesibukan mengakses media sosial. Soal produktivitas menulis, menurut Hasibuan (2024) akibat kurangnya membaca, maka tulisan yang dihasilkan penulis Indonesia masih terhitung sedikit mencapai 8.000 judul buku/tahun. Kalah dibandingkan Malaysia (15.000 buku/tahun), Vietnam (45.000 judul buku/tauhun) dan Inggris (100.000 judul buku/tahun) Merespons itu, penulis lebih mendorong literasi bangsa Indonesia perlu penguatan budaya membaca dan menulis sebagai dasar literasi guna menciptakan bangsa yang berpengetahuan dan beradab.
Banyak orang yang sibuk membaca dalam sebuah lingkaran pergaulan merupakan pertanda masa depan yang cerah bagi bangsa tersebut. Sejarah mencatat, bagaimana bangsa Jepang menghadapi masa pahit dalam kehidupannya setelah kalah dalam perang besar antar negara. Infrastruktur mereka hancur dan masyarakat yang masih hidup diprediksi akan mengalami putus asa berkepanjangan. Tetapi mereka dengan segera bangkit dari keterpurukan, mendidik generasi mudanya dengan edukasi terbaik. Salah satunya aktif menciptakan budaya literasi dengan memperbanyak akses bacaan dan membiasakan menulis sejak usia dini.
Kita akhirnya melihat sampai hari ini, pelajaran terpenting dari kemajuan Jepang adalah aktivitas membaca yang masih terbudayakan. Masyarakat Jepang tidak kehilangan selera membaca buku dalam perjalanan menggunakan transportasi publik. Mereka tidak seperti kebanyakan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia yang silau dengan kemajuan perangkat digital. Alih-alih mengobrol dan scrolling media sosial sebagaimana di Indonesia, budaya ”mengasah” pikiran dengan membaca justru menjadi budaya positif di kalangan masyarakat Jepang. Dunia pun menyaksikan bagaimana kemajuan IPTEK Jepang berkorelasi positif dengan kebiasaan membaca masyarakat Jepang sehingga intelektualnya cenderung terasah dengan baik.
Pertanyaan yang cukup menggelitik, mengapa bangsa Jepang senang membaca buku di fasilitas pelayanan publik termasuk transportasi umum seperti kereta api? Tentu banyak jawaban yang dapat ditemukan, tetapi yang cukup penting pembudayaan membaca sudah tumbuh sejak kecil. Bangsa Jepang menyadari mereka negara yang kalah perang, negaranya minim sumber daya alam dan rawan mengalami bencana seperti gempa bumi dan tsunami. Kelemahan itu membutuhkan solusi komprehensif agar mampu bersaing dalam percaturan dunia global yang dinamis. Banyak pilihan yang ada dalam menjawab kelemahan tersebut, tetapi pemerintah Jepang memilih meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga unggul, maju dan sejahtera.
Konteks ini, pemerintah Jepang memilih menciptakan tradisi membaca tanpa batasan ruang dan waktu. Kita melihat, membaca dan mendengar bagaimana bangsa Jepang hidup dalam kebiasaan membaca di luar jam belajar yang ada di sekolah. Mereka menghidupkan tradisi membaca buku di bus, kereta api, taman kota, tempat rekreasi, dan menunggu pesanan makan datang di restoran. Pemerintah Jepang juga mempersiapkan budaya membaca dengan mendorong televisi menyediakan acara khusus untuk mereferensikan buku kepada masyarakat Jepang seperti acara “toko buku Sekiguchi” Para artis diminta presentasi sebuah buku, kemudian artis lain membelinya. Kita dapat melihat bagaimana edukasi membaca buku dibiasakan dari media, berbeda dengan media di Indonesia yang sibuk mengejar rating dan viralisme, sehingga agak kehilangan semangat edukasi kepada masyarakat Indonesia.
Sebenarnya apa yang dijalankan bangsa Jepang, ikut dipengaruhi dan berakar dari semangat agama Islam. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW mendapatkan perintah membaca sebagai prioritas utama dalam memajukan pengetahuan, mencerdaskan spiritual dan mendidik kreativitas umat Islam. Jika kita sebagai masyarakat Indonesia yang mayoritas mau membiasakan membaca, kita akan mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa lain termasuk masyarakat Jepang. Persoalan membaca dapat dimulai dengan memantik motivasi dari aktivitas membaca itu sendiri. Misalnya kita perlu merefleksikan perkataan lembut Allah dalam Al-Qur’an.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”. (QS. Al-Alaq: 1-5) Mengapa Allah SWT menyuruh umat Islam membaca, sebab perintah membaca adalah jejak awal dalam mencerahkan dunia dengan ilmu pengetahuan. Membaca buku akan meningkatkan pengetahuan, sehingga kita akan mengajarkan pengetahuan itu kepada orang lain dengan mengajar. Pembaca yang baik akan cenderung ”kepo” sebab rasa ingin tahu cenderung besar, sehingga termotivasi memperbanyak akses bacaan dan aktif melakukan riset atau penelitian. Selain itu, pembaca yang aktif akan menulis, sebab tak ada yang bisa Anda tuliskan jika anda malas membaca buku. Sudah anda hitung ada berapa banyak manfaat membaca dalam kehidupan kita?
Jika sudah menemukan pemantik utama agar terbiasakan membaca melalui perintah Allah, terjemahkan motivasi spiritualitas dalam tindakan nyata. Misalnya mulai sekarang kurangi kebiasaan sibuk membuka media sosial dan menonton pemberitaan gosip maupun informasi tidak bermanfaat lainnya. Ganti dengan aktif membuka, mendaftar dan mengakses buku dan bahan bacaan digital di ruang virtual. Saat ini banyak perpustakaan online, peluang ini anda harus manfaatkan. Perkuat kompetensi bacaan dengan mendengarkan webinar yang membahas buku dan motivasi membaca. Pilih podcast dan tontotan youtube yang positif misalnya membahas buku atau menambah keterampilan anda agar bisa tetap sukses di era digital.
Terakhir, banyak berdoa kepada Allah SWT agar anda diberikan kemudahan dan konsistensi dalam mengkayakan hati dan pikiran dengan membaca buku dan bahan bacaan digital. Tanamkam dalam pikiran bahwa membaca adalah bagian dari perjuangan dakwah Islam. Sebab semakin anda banyak membaca, anda akan banyak memperoleh bahan utama dalam mengajarkan pengetahuan kepada orang lain. Semakin sering anda membaca, hidup akan berubah menjadi lebih baik dan kesehatan mental terjaga dibandingkan sibuk ”bermain” media sosial dan sibuk menggosipkan orang lain. Keseringan membaca akan membuat anda semakin sadar pentingnya membagikan pengetahuan kepada orang lain, sehingga membuat anda pelan-pelan rajin menulis.
Tak kalah pentingnya, semakin banyak membaca anda akan membantu bangsa Indonesia mencapai cita-cita terbaiknya menjadi bangsa Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, berkah dalam lindungan Allah SWT. Membaca juga akan menyadarkan diri bahwa kita ini bodoh, sehingga perlu banyak bergaul dengan buku agar semakin pintar. Jika sudah pintar karena membaca, tetaplah rendah hati dan mengamalkan ilmu dasar padi ”Semakin berisi semakin menunduk” Selamat membaca buku dan bahan bacaan lainnya, semoga semakin banyak membaca akan semakin dekat kita kepada Allah swt. Juga semoga Allah SWT meridhai langkah kita mencerdaskan dunia Islam dan bangsa-bangsa lain di dunia termasuk masyarakat di sekitar kehidupan Anda.