ENAM STRATEGI AGAR MUSLIM PRODUKTIF MENULIS

Oleh : Inggar Saputra (Praktisi Pendidikan)

Seorang ulama besar, Imam Syafi’i memuji seorang muslim yang produktif menulis. Beliau berkata ”Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja” Sebagai seorang muslim, beliau menyadari kekuataan tulisan yang mampu menciptakan pengetahuan dalam kehidupan seseorang. Dalam sebuah kiasan di atas, beliau meminta seorang muslim mengikat ilmu yang bagaikan binatang buruan. Mengikat ilmu adalah dengan menuliskan pengetahuan dan pengalaman hidup Anda.

Menulis sebagai sebuah aktivitas literasi adalah keinginan yang ingin dicapai individu dalam kehidupannya. Banyak yang ingin bisa menulis, tapi persoalannya baru terbatas niat menulis. Sebab mengambil pulpen atau menyentuh tuts keyboard tak pernah dirasakannya. Padahal modal utama seorang menulis tak berhenti di niat, tapi bagaimana praktek menulis. Ketika sudah menulis, biarkan saja jari Anda menari dan setelah selesai tutup rapat tulisan Anda. Jangan biarkan Anda menjadi penilai, reviewer atau hakim bagi tulisan yang Anda buat. Selesai menulis, tutup rapat tulisan Anda dan biarkan menguap beberapa hari ke depan.

Setelah itu, buka tulisan Anda beberapa hari kemudian dan tawarkan kepada orang lain untuk membacanya. Setelah dibaca, Anda biarkan orang lain menilai plus minus dari apa yang Anda sudah tuliskan. Apapun penilaiannya, meminjam judul lagu Sheila On 7, Anda cukup ”Lihat, Dengar dan Rasakan” Komentar baik positif dan negatif jadikan sebuah motivasi agar tulisan yang dibuat lebih baik lagi di masa mendatang. Seorang guru menulis saya pernah mengatakan ”Jadikan kritik bagaikan keripik, tulisanmu dibilang jelek sekalipun. Anggap kritik seperti kripik, kan kripik ada rasa asem, pedas, manis dan lain-lain. Sama seperti menulis, kritik itu vitaminnya penulis”

Tentu dalam keseharian, kita sering merasa heran dan kagum mengapa ada seseorang yang mudah sekali menulis sesuatu. Dalam hitungan jam, dia mampu menulis sebuah esai singkat dengan konten tulisan yang analisisnya mendalam. Di berbagai platform media sosial, banyak yang menawarkan paket belajar menulis buku dalam hitungan hari. Kemudian Anda tentu berfikir, mudah dan produktif sekali orang tersebut menuangkan kata demi kata, dirangkai kalimat demi kalimat, lalu jadi tulisan. Padahal jika dipahami, orang tersebut merupakan pribadi yang mengamalkan hadits Rasulullah ”Ikatlah ilmu dengan menuliskannya (HR. Ibnu ‘Abdil Barr) Dalam kesempatan yang baik ini, izinkan saya berbagi enam strategi yang bisa Anda jalankan agar produktif menulis.

Pertama, miliki motivasi dan niat yang kuat mengapa Anda harus menulis. Tanpa niat yang kuat, Anda akan malas menulis dan menulis bagaikan impian di dunia khayalan saja. Mulai sekarang carilah motivasi yang kuat mengapa anda harus menulis. Apakah demi eksistensi diri, uang, popularitas, mengurus pekerjaan, hiburan pelepas stress, kebutuhan riset, atau untuk ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Buat sebanyak-banyak alasan sehingga motivasi Anda berlipat-lipat untuk menulis. Apapun alasan, niat dan motivasi Anda tanamkan kuat dalam diri. Jika perlu tulis besar-besar di tempat yang mudah Anda lihat. Jadikan motivasi itu pemantik utama mengapa Anda harus segera menulis.

Kedua, pilihan Anda mau menulis apa dan apa fokus tulisan Anda. Meski ada potensi Anda bisa menguasai banyak keilmuan, cobalah memulai dengan memilih satu tujuan keilmuan yang Anda kuasai dan senangi. Misalnya, saya senang menulis dunia psikologi. Maka tulisan saya akan bercerita tentang psikologi positif, dinamika hubungan antar manusia, bagaimana mencegah stress dalam diri dan tema psikologi lainnya. Kemudian tentukan anda mau menulis esai, cerpen, puisi atau menulis ilmiah. Pilihan itu disesuaikan dengan apa yang anda senangi, sehingga jika sudah senang maka ada kebahagiaan dalam diri ketika mampu membuat sebuah tulisan dengan baik.

Ketiga, atur manajemen waktu dengan baik dengan mencari waktu yang tepat kapan Anda akan menulis. Jika anda kuliah atau bekerja pagi sampai sore, sepulang bekerja luangkan waktu di malam untuk membuat sebuah tulisan. Jika Anda sudah lelah, tidurlah dan bangun malam hari. 30 menit menjelang subuh, mulailah Anda menulis. Tetapi jika anda bekerja di rumah atau seorang ibu rumah tangga, selesai memasak atau ketika ada waktu luang, ikhtiarkan menulis semampu Anda. Pentingnya manajemen waktu seorang penulis akan menentukan kapan waktu terbaik dalam hidup dan keseharian Anda untuk mulai menulis.

Keempat, perbanyak riset dengan membaca buku dan alam sekitar Anda. Seringkali seorang yang memiliki niat menulis mengalami kebingungan apa yang mau dituliskan. Padahal ide itu tersebar luas di sekitar Anda, baik dari ”curhat” orang lain, apa yang anda alami sehari-hari, sampai apa yang ditonton dan dibaca melalui media sosial. Modal terbesar seorang dalam menulis adalah banyak membaca. Dengan membaca, anda akan banyak ide untuk menulis. Dalam Islam, kita dianjurkan membaca dari buku dan fenomena baik alam dan sosial di kehidupan sehari-hari. Itulah sejatinya sumber inspirasi menulis yang tak pernah habis. Membaca sekaligus mengikuti ajaran Rasulullah SAW, sebab perintah pertama yang turun kepada Rasulullah SAW adalah membaca.

Kelima, konsistensi dalam menulis. Jika baru mulai menulis, cobalah amalkan hadits berikut ”Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu/terus menerus/konsisten meski sedikit.” (HR Muslim). Jika Anda merasa berat menulis beberapa halaman, mulai belajar menulis dengan mencicil satu halaman per hari. Jika mampu, manfaatkan waktu sehabis shalat malam, sehabis shalat Subuh atau sebelum tidur untuk menulis. Budayakan mencicil tulisan, sampai nanti mulai terbiasa kemudian tingkatkan speed Anda dengan menambah jumlah halaman. Niatkan konsistensi dalam menulis, berharaplah Allah memudahkan dan membantu Anda agar istiqomah dalam membuat karya dengan menulis.

Terakhir, bertanya atau cobalah mencari tahu media yang tepat dalam publikasi tulisan Anda. Ada orang yang menyenangi menulis sampai jadi sebuah buku, kemudian dikirim ke penerbit buku. Tak sedikit yang suka menulis di blog pribadi atau blog publik seperti kompasiana. Sebagian yang lain memilih menulis ke media massa online maupun cetak. Tapi ada juga yang mengambil jalan menulis untuk posting di media sosial seperti facebook, menciptakan caption di instagram atau mengirimkan tulisan ke Whatsapp Group. Apapun pilihan atas tulisan Anda, berfikirlah positif dan bijaksana dalam menyebarkan tulisan Anda. Jadikan apa yang anda tulisan peluang beribadah, memperoleh pahala, ajang refleksi diri dan jika Allah SWT mengizinkan menjadi jalan hidayah bagi yang membacanya agar semakin mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Sebagai penutup, kita bisa mengambil hikmah dari perkataan Al-Imam Qatadah ”Pena adalah nikmat yang sangat agung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau tidak ada pena, maka agama ini tidak berdiri dengan kokoh dan kehidupan ini tidak berjalan dengan baik” Seorang muslim hidupnya dalam setiap shalat berjanji bahwa shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku untuk Allah. Jika menulis dijadikan niat ibadah, maka yakinkan diri agar kelak tulisan yang Anda buat menjadi saksi amal kebaikan Anda selama hidup di dunia. Tulisan yang baik dan diniatkan dakwah akan menjadi bagian penolong Anda dalam kesaksian di akhirat nantinya.

Leave a Comment