PARA PEMEGANG AMANAH

Oleh : Inggar Saputra (Praktisi Pendidikan dan Kebangsaan)

Dalam Islam, amanah adalah sesuatu yang sangat berat karena melibatkan perkara dunia dan akhirat. Ketika amanah dapat dijalankan dengan baik, balasan terbaik dari Allah SWT adalah syurga dengan segala keindahan di dalamnya. Tapi tak jarang, manusia itu gagal menjalankan amanah karena tergelincir ujian kehidupan baik harta, tahta (kekuasaan) dan lawan jenis dalam hidupnya. Akibat tidak amanah, siksa api neraka siap membakar manusia yang lalai dalam menunaikan amanahnya.

Salah satu amanah yang besar dan berat adalah tanggung jawab kepemimpinan. Ada sebuah cerita, dimana Allah SWT menciptakan kehidupan pertama kali di alam semesta. Kemudian ditawarkan amanah mengurus tugas besar keagamaan dan kepemimpinan kepada gunung, langit dan bumi. Mereka sangat ketakutan dan menolak amanah tersebut, perasaan tidak sanggup berbuat keadilan dalam mengurus alam semesta hadir dalam penolakan itu. Ketika semua sibuk menolak, datanglah manusia yang berani mengambil amanah tersebut.

“Sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh.” (QS Al-Ahzab ayat 72)

Ketakutan akan amanah juga pernah dirasakan kalangan malaikat yang senantiasa tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT. Ketika pertama kali manusia diciptakan, malaikat mengadakan ”demonstrasi” untuk memprotes kehadiran manusia. Mereka menilai manusia itu pribadi yang sulit menegakkan amanah, sebab mereka berpotensi membuat kerusakan di bumi. Penciptaan manusia buka sebaik malaikat yang memang bertugas berdzikir dan tunduk kepada apapun tugas yang diberikan Allah SWT. Justru potensi kerusakan akan hadir di bumi, sebab manusia memiliki nafsu buruk seperti dengki, serakah dan lalai kepada amanah. Dialog ini secara indah dan lembut diceritakan Al-Qur’an.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah: 30_

Meski sangat berat, manusia dengan segala keilmuan dan sifat yang dimilikinya ”nekat” mengambil amanah yang diberikan Allah. Padahal kita tahu, manusia memiliki nafsu sehingga kehidupannya dipenuhi keserakahan dan kesombongan. Ini yang tampak dalam keseharian kita, dimana banyak sekali orang yang sibuk dengan urusan dunia. Mereka tanpa ragu berebut kursi kepemimpinan, entah demi mengejar kekuasaan, gengsi dan harta duniawi yang tak ada habisnya. Mereka kadang tidak sadar, sebesar dan sekecil apapun amanah yang ada, semua kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.

Jika kita mencermati persoalan amanah, kita selayaknya belajar kepada sosok Muhammad SAW yang berhasil menegakkan amanah dalam kepemimpinan Islam. Sebagai juru dakwah, beliau sukses menyelesaikan amanah dakwah sampai akhir hayatnya. Mengajak manusia menyembah Allah, mengakui Muhammad sebagai Rasulullah SAW, menegakkan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. Keteladanan beliau dalam menjalankan amanah berpegang kepada Al-Qur’an dan Hadits, sehingga pujian terbaik kepada sifat, cara pandang, dan tindakan beliau bagaikan Al-Qur’an yang berjalan.

Dalam kehidupan keluarga, beliau sukses mendidik istri dan anak-anaknya agar taat kepada Allah SWT. Segi kehidupan sosial, tak ada yang meragukan kepemimpinan beliau sebagai pemimpin umat, militer, kepala negara dan pemimpin masyarakat. Sejak usia muda, amanah sudah dipegangnya mulai dari menjadi pemecah kebuntuan keributan siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, amanah terhadap barang dagangan Khadijah ra, dan amanah memimpin pasukan Islam dalam berbagai medan pertempuran jihad fisabilillah. Tak ada sedikitpun amanah yang terlewatkan dalam kehidupannya, sebab salah satu sifat kenabian senantiasa hidup, tumbuh dan berkembang dalam kesehariannya.

Keteladanan Rasulullah SAW selayaknya menjadi peringatan dan pelajaran penting kepada para pejabat yang sekarang memegang amanah. Apalagi kita hidup di akhir zaman, dimana kepercayaan terhadap integritas dan kejujuran mulai semakin hilang. Kita semakin harus sering bertanya mengapa kalangan pendusta di akhir zaman ini banyak bermunculan, salah satunya melalui penyebaran berita palsu (hoax) yang menghilangkan logika dan mengedepankan emosi sesaat. Kita hidup di zaman ketika banyak amanah tergadaikan, berganti banyak potensi pengkhianatan sehingga amanah dan kejujuran menjadi barang mahal di dunia ini.

Kepada pemegang amanah di negeri ini, perbanyaklah mendekat kepada Allah SWT dan terus belajar. Sebab Rasulullah SAW sudah mengingatkan, seorang pemimpin yang amanah selayaknya menjadi ahli dan pakar terhadap amanah yang diberikannya. Jangan sampai urusan keumatan dan kebangsaan dipegang orang bodoh sehingga tinggal menunggu kehancurannya. Jangan sampai kebodohan itu juga membawanya berfikir dan bertindak melampau batas, sebab akan menciptakan banyak kerusakan di alam semesta dan sudah terjaminnya azab yang pedih akibat perbuatan melampaui batas tersebut. Melalui pesan pendeknya yang indah, Allah SWT mengingatkan para pemegang amanah “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih” (QS. Asyuara : 42)

Sebagai penutup, kita bisa mengambil hikmah dari perkataan bijak Seorang pemimpin umat Islam. Ustadz Haedar Nasir yang menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah mengingatkan para pemegang amanah ”Siapapun insan yang beriman mesti bertindak berdasarkan akal budi yang dijiwai iman, takwa dan kesalehan hidup. Bagi mereka yang diberikan Tuhan amanah kekuasaan, kelebihan harta dan keutamaan ilmu, dan segala anugerah berharga lainnya. Gunakan anugerah itu untuk segala kebajikan yang utama selaku insan cerdas berperadaban luhur. Jadilah insan pembangun dan penebar kebaikan, jangan jadi perusak kehidupan!”

Leave a Comment